Senin, 19 Maret 2012

HATI


 Ketahuilah di dalam tubuh itu ada segumpal daging. Bila ia baik maka baik pulalah seluruh tubuh. Dan apabila ia rusak maka rusak pulalah seluruh tubuh. Ketahuilah itu adalah HATI” (HR. Bukhari)
Hati adalah raja, seluruh tubuh adalah pelaksana. Aktivitas tidak dinilai benar jika tidak diniatkan dan dimaksudkan oleh sang hati.

A. Macam-macam hati
1. Hati yang sehat
Hati yang sehat adalah hati yang selamat. Allah berfirman: “Adalah hari yang mana harta anak-anak tidak bermanfaat, kecuali orang yang datang kepada Allah dengan hati yang selamat”
Hati yang selamat yaitu hati yang terbebas dari setiap syahwat, keinginan yang bertentangan dengan perintah Allah dan dari setiap syubhat
2. Hati yang mati
Yaitu hati yang tidak mengenal siapa Rabbnya. Ia tidak beribadah kepada-Nya, enggan menjalankan perintahNya atau menghadirkan sesuatu yang dicintai dan diridhaiNya
Hati seperti ini selalu berjalan dengan hawa nafsu dan kenikmatan duniawi dengan tidak peduli kepada keridhaan atau kemurkaan Allah SWT
3. Hati yang sakit
Yaitu hati yang hidup namun mengandung penyakit, ia akan mengikuti unsur yang kuat. Kadang cenderung pada “kehidupan” dan kadang cenderung pada penyakit.
Pada hati seperti ini terdapat kecintaan, keimanan, keikhlasan dan tawakal kepada Allah yang merupakan sumber kehidupannya.
Tetapi terdapat pula kecintaan dan ketamakan terhadap syahwat hasad, kibr dan sifat ujub yang merupakan sumber bencana dan kehancurannya.

B. Empat Racun Hati
1. Banyak Bicara
Dari Abdullah bin Umar, Rasulullah SAW bersabda :
“Janganlah kalian berbanyak kata selain dzikrullah, sesungguhnya hal itu akan menjadikan kerasnya hati. Dan manusia yang paling jauh dari Allah adalah pemilik hati yang keras
2. Banyak Makan
Sedikit makan dapat melembutkan hati, menguatkan daya pikir, membuka diri, serta melemahkan hawa nafsu dan sifat amarah Sedangkan banyak makan akan mengakibatkan kebalikannya
Ibrahim bin Adham berkata: “Barang siapa memelihara perutnya akan terpeliharalah dinnya….”
3. Berlebihan dalam bergaul
Dalam bergaul kita klasifikasikan dalam 4 macam :
a. Kelompok yang apabila bergaul dengan mereka seperti makanan yang bergizi yaitu para ulama, ahli ma’rifatullah
b. Kelompok yang apabila bergaul dengan mereka seperti mengkon-sumsi obat. Selama anda sehat anda tidak memerlukan mereka. Mereka adalah profesional dalam urusan muamalat, bisnis dll.
c. Kelompok yang apabila bergaul dengan mereka berarti mengkon-sumsi penyakit, yaitu mereka tidak membawa keuntungan. Misalnya dengan orang yang hasad, orang yang suka bergosip dsb.
d. Kelompok yang apabila bergaul dengan mereka ibarat minum racun yang membawa kebinasaan total. Misalnya ahli bidah dan kesesatan
4. Banyak memandang
Tiga bencana akibat banyak memandang adalah :
a. Rasulullah SAW bersabda : “Pandangan itu adalah panah beracun iblis. Barang siapa menundukkan pandangannya karena Allah, dia akan berikan kepadanya kenikmatan dalam hatinya yang akan ia rasakan sampai ketemu denganNya” (HR Tabrani)
b. Masuknya setan ketika se-seorang memandang.  Sesungguh-nya setan masuk lewat jalan ini melebihi kecepatan aliran udara ke ruang hampa.
c. Pandangan menyibukkan hati, menjadikan lupa akan hal-hal bermanfaat baginya dan menjadi penghalang antara keduanya. Urusannya menjadi kacau, selalu lalai dan mengikuti hawa nafsunya

C. Nutrisi Hati
1. Dzikir dan membaca Al Quran
Allah berfirman : “Maka Ingatlah kepada-Ku, niscaya Aku akan ingat kepadamu” (QS. AlBaqarah: 152)
2. Istighfar
Allah berfirman: “Dan mintalah maghfiroh   kepada Allah.  Sesungguhnya Allah Maha  Pengampun lagi Maha Penyayang” (QS Al Baqarah : 199)
3. Do’a
“Berdoalah kepada-Ku, Niscaya Aku   kabulkan” (QS. Al Mukmin: 60)
4. Bershalawat atas Nabi
“Barangsiapa bershalawat atasku sekali, Allah akan bershalawat atasnya sepuluh kali”     (HR. Muslim)
5. Qiyamul Lail (Shalat Malam)
“Shalat yang paling utama setelah shalat fardhu adalah qiyamul layl” (HR. Muslim)

Oleh:
H. Usep Setiawan
Disarikan dari buku :
“Tazkyatun Nafs”
karangan Ibnu Rajab Al-Hambali, dkk

Rabu, 02 Februari 2011

VISIT TO RIYADH

Hari libur...enaknya emang jalan-jalan..... salah satu perjalanan yang tak terlupakan adalah perjalanan ke Kota Riyadh, ibukota Saudi Arabia. Kami dari SIJ (Sekolah Indonesia Jeddah) berangkat dari Kota Jeddah ...wuih ternyata naik bis lama sekali perjalanannya kurang lebih 10 jam. Tiba di kota Riyadh kami disambut teman-teman dari SIR (Sekolah Indonesia Riyadh).....
Di depan SIR, Riyadh
Besoknya kami diajak teman-teman dari SIR untuk melhat-lihat salah satu peninggalan sejarah Saudi yaitu benteng KIng Abdul Aziz ..... betapa luasnya benteng dan istana KIng Abdul Aziz zaman baheula itu......
Di salah satu sudut benteng KIng Abdul Aziz

Kemudian kami pun selama tiga hari mengikuti pelatihan di KBRI Riyadh...... setelah 3 hari kami pun akan siap siap pulang kembali ke Jeddah.....
Di depan KBRI Riyadh

Sebelum kami kembali ke Jeddah.... kami diajak jalan-jalan dulu ke pusat kota... disana terdapat gedung tertinggi di Riyadh terdiri dari seratus lantai, lantai dasar merupakan sebuah mall..... diatasnya perkantoran.... Kami puin kemudian naik ke lantai seratus...wow.... pemandangan Kota Riyadh terlihat indah, mobil-mobil terlihat kecil seperti mobil-mobilan.....
Sebuag gedung tertinggi di Kota Riyadh terdiri dari 100 lantai
Kami pun kemudian kembali ke Jeddah........

Jumat, 14 Januari 2011

EXPEDISI GUA TSUR

Setelah menapak tilas gua hiro di jabal Nur, maka tak kalah menariknya adalah perjalanan menuju Jabal Tsur. Jabal Tsur ini terletak kurang lebih 5 km dari pusat kota Mekkah. Keadaan Gunung (Jabal) Tsur lebih tinggi dari pada Jabal Nur.....
Bersiap hiking to Jabal Tsur....

Perjalanan naik ke Jabal tsur tidak selicin dan sesulit jabal Nur karena beberapa jalannya malah ada yang sudah dibuat tangga, akan tetapi perjalanan lebih lama karena Jabal Tsur lebih tinggi di sepanjang jalan banyak batu-batu besar bertebaran....
Salah satu batu besar di sepanjang jalan naik menuju puncak Jabal Tsur
Akhirnya...sampai juga di puncak Jabal Tsur....Gua tempat Rasulullah SAW sembunyi dari kejaran Kaum Quraisy ketika hijrah ternyata sangat sempit. Lubang gua sangat sempit dan keadaan didalamnya hanya muat 2 atau 3 orang saja dan kita tidak dapat berdiri di dalamnya....
Gua Tsur
Akan tetapi ketika kedua kalinya saya kesana batu gua tsur sudah dibuat jalan dari arah belakang......sehingga kita dapat masuk ke dalamnya dari arah belakang....
Beberapa saat kemudian kami pun turun kembali........
Papan pengumuman di kaki Jabal Tsur...

Wuih cape deh....tapi asyik deh...

Rabu, 12 Januari 2011

EXPEDISI GUA HIRO

Perjuangan Rasulullah SAW dalam menyampaikan Islam di mulai dari Gua Hiro ini, sebagai tempat pertama turunnya wahyu........Saya jadi teringat 8 tahun lalu, yaitu sekitar tahun 2002, saya dan teman-teman dari Sekolah Indonesia Jeddah dan OSIS SIJ mencoba menapak tilas ke Jabal Nur tempat keberadaannya Gua Hiro....
Jabal Nur
 Setelah menapaki lereng gunung (jabal) yang berbatu dan rawan longsor akhirnya sampai juga ke puncak Jabal Nur ..............
Tampak gua hiro dari puncak jabal nur
Ternyata menuju ke situs Gua Hiro harus melalui celah-celah sempit yang lumayan cukup sulit juga untuk mencapainya, akhirnya setelah berjuang beberapa lama, sampai juga ke gua hiro....
Gua Hiro Tempat Rasul SAW menerima wahyu pertama.....

Pemandangan Kota Mekkah dari Gua Hiro

Selasa, 14 Desember 2010

Pentingnya Menjaga Ucapan Yang Baik

Sesungguhnya Allah Maha Pengasih, Maha Penyayang lagi Maha Bijaksana yang tidak pernah membiarkan hamba-Nya hidup tanpa panduan dan petunjuk. Sebagai manusia yang senantiasa sadar akan tujuan penciptaannya di muka bumi ini, haruslah mengingat bahwa setiap apa yang dikatakan atau di ucapkan itu tidak terlepas dari catatan malaikat yang memerhatikan setiap gerak-gerik dan tingkah-lakunya.
Oleh karena itu, pastilah sekecil apapun perbuatan manusia itu kelak akan diperhitungkan, dinilai serta diperlihatkan dan dibalas dengan seadil-adilnya.Dalam Al-Quran Allah berfirman : “Barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya akan melihat (balasan) nya. Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan) nya pula.” (QS. Al-Zalzalah : 7-8)
Memang terkadang tutur kata yang baik itu begitu sukar untuk dikendalikan oleh diri. Apalagi ketika sedang emosi, tersinggung atau marah akan terasa sulit sekali di bendung yang semuanya itu berdasar atas dorongan dari nafsu. Tetapi Ingatlah, bahwa Lidah yang berperanan penting dalam menuturkan kata-kata tidak akan terlepas dari penilaian dan timbangan keadilan Allah kelak. Maka Jauhilah dari terus menuturkan kata-kata tidak berfaedah dan menyakiti hati serta perasaan orang lain.Allah berfirman: “Tiada suatu ucapan pun yang diucapkan melainkan ada di sampingnya malaikat pengawas yang selalu hadir.” (QS. Qaaf, : 18)
Hal ini bertujuan memberi peringatan kepada kita bahwa setiap perkatan dan perbuatan ada nilainya di sisi Allah dan akan diberi balasan yang setimpal. Oleh karena itu, basahilah selalu lidah kita untuk berdzikir kepada-Nya baik ketika senang dan susah, sedih maupun duka agar hati menjadi tenang dan tentram.Firman Allah SWT bahwa: “Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenang tenteram.” (QS. Ar-Ra’d, : 28) 
Hakikatnya, penuturan kata-kata baik atau ucapan dapat memberi kesan mendalam dalam diri seseorang. Selain itu, dalam Al-Quran dengan jelas Allah menyatakan bahwa antara ciri hamba-Nya adalah mereka yang baik ucapannya. Mereka yang apabila dihina atau dicaci oleh orang yang jahil (tidak berilmu), mereka tidak membalasnya kecuali dengan kata-kata baik dan lemah lembut.
Firman Allah SWT:
“Dan hamba-hamba Tuhan Yang Maha Penyayang itu (ialah) orang- orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan.” (QS. Al-Furqan : 63)
Justeru, hal yang disayangkan jika melihat seseorang berilmu dan berpendidikan tinggi bersikap terlalu emosional, tidak dengan bijak dalam menangani suatu masalah dan lebih buruk lagi merasakan dirinya sajalah yang betul dan baik jika dibandingkan dengan yang lain.
Sebaliknya, bagi mereka yang dikurniakan Allah sedikit dari ilmu-Nya, merasa rendah diri dan mengucapkan kata-kata yang baik tatkala berhadapan dengan orang yang tidak mengetahui atau kurang faham ilmunya. Rasullullah sendiri pernah dilempari batu sampai giginya patah sehingga malaikat jibril menawarkan untuk melemparkan gunung Uhud kepada mereka yang mendzolimi. Tetapi dengan rendah hati dan sabar beliau menolak berbuat seperti itu, semuanya itu dilakukan karena mereka belum tahu. Seandainya mereka tahu niscaya mereka tidak akan berbuat demikian.
Betapa agungnya akhlak dan kesabaran yang ditunjukan oleh Rasullullah, bukan pembalasan tetapi sikap memaafkan bahkan mendoakan mereka dengan ucapan yang baik. Perlu diketehui pula bahwa kata yang baik dan lemah lembut, bukan sekedar susunan perkataan yang indah dan memikat hati, lebih penting lagi adalah suatu perkataan yang benar.
Firman Allah yang bermaksud: “Wahai orang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar.” (QS. Al-Ahzab, ayat 70)
>Marilah bersama mengubah sikap menjadi orang yang sentiasa menjaga diri terhadap setiap ucapan yang kurang berfaedah dalam keseharian kita. Menjadi hamba yang selalu pandai bersyukur atas segala nikmat yang diperoleh dan sentiasa membahagiakan orang lain dengan pengucapan kata-kata yang baik, dan lemah lembut. InsyaAllah dengan ucapan yang baik akan sampai ke hati tidak hanya ditelinga. Semoga dengan izin Allah kehidupan kita akan bertambah baik dan dihiasi dengan akhlakul karimah.

Selasa, 07 Desember 2010

CINTA, ALLAH DAN CINTA RASUL

ZUHUD, CINTA ALLAH, CINTA RASUL

Allah Swt berfirman, "katakanlah, jika kalian (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscya Allah mengasihi kalian" (QS Ali `Imran [3]:31).

Ketahuilah, wahai yang dikasihi Allah, bahwa kecintaan hamba kepada Allah dan Rasul-Nya adalah ketaatan dan kepatuhan kepada perintah Allah dan Rasul-Nya. Adapun kecintaan Allah kepada hamba-Nya adalah limpahan ampunan-Nya kepadanya.

Ada yang mengatakan, apabila hamba mengetahui bahwa kesempurnaan yang hakiki tiada lain kecuali milik Allah dan setiap yang tampak sempurna dari dirinya atau orang lain adalah dari dan kerena Allah, cintanya hanya milik dan kepada Allah. hal itu menuntut keinginan menaati-Nya dan mencintai segala yang mendekatkan diri kepada-Nya. Oleh karena itu, mahabbah ditafsirkan sebagai keinginan untuk taat dan kelaziman mengikuti Rasulullah Saw dalam peribadatannya. Hal itu merupakan dorongan menuju ketaatan kepada-Nya. 


Al-Hasan Ra berkata, "beberapa kaum bersumpah setia dihadapan Rasulullah Saw, 'Wahai Rasulullah, sungguh kami mencintai Tuhan kami.' Maka turunlah ayat diatas."

Basyar al-Hafi berkata, "aku bermimipi bertemu dengan Nabi Saw. Beliau bertanya'Wahai Basyar, tahukah engkau, dengan apa Allah meninggikan kamu di antara kawan-kawamu?'
"Tidak, wahai Rasulullah," jawabku. Beliau bersabda, Dengan baktimu kepada orang-orang saleh, nasehatmu kepada saudara-saudaramu, kecintaanmu kepada sahabat-sahabatmu dan pengikut Sunnahku, dan kepatuhanmu kepada Sunnahku." Selanjutnya Nabi Saw bersabda, "barang siapa menghidupkan Sunnahku, dia telah mencintaiku. Dan, barang siapa mencintaiku, pada hari kiamat dia bersamaku di surga."

Di dalam hadis mahsyur disebutkan bahwa orang yang berpegang pada Sunnah Rasulullah Saw ketika orang lain berbuat kerusakan dan terjadi pertikaian diantara para penganut mazhab, dia memperoleh pahala dengan seratus pahala syuhada. demikian disebutkan dalam Syir`ah al-islam.

Nabi Saw berkata, "Semua umat ku masuk surga kecuali orang yang tidak menginginkannya". Para sahabat bertanya "Siapa yang tidak menginginkannya"? Beliau menjawab, "Orang yang menaati ku masuk surga, sedangkan orang yang durhaka pada ku tidak menginginkan masuk surga. Setiap amalan yang tidak berdasarkan Sunnah ku adalah maksiat."

Seorang ulama sufi berkata, "Kalau anda melihat seorang guru sufi terbang diudara, berjalan diatas laut atau memakang api, dan sebagainya, sementara dia meninggalkan perbuatan fardhu dan sunnah secara sengaja, ketahuilah bahwa dia berdusta dalam pengakuannya. Perbuatannya bukanlah karamah. Kami berlindung kepada Allah dari yang demikian."

Al-Junayd Ra berkata, "Seseorang tidak akan sampai kepada Allah kecuali melalui Allah. Jalan untuk sampai kepada Allah adalah mengikuti al Mushthafa (Nabi Muhammad Saw)".

Ahmad al-Hawari Ra berkata, "Setiap perbuatan tanpa mengikuti sunnah adalah batil. Sebagaimana sabda nabi saw, Barang siapa yang mengabaikan sunnah ku, haram baginya syafa`atku." (Tercantum dalam Syir`ah al-Islam).

Ada seorang gila yang tidak meremehakan dirinya. Kemudian, hal itu diberitahukan kepada Ma`ruf al-Karkhi. Dia tersenyum, lalu berkata, "Wahai saudara ku, Allah memiliki para pencinta dari anak-anak, orang dewasa, orang berakal, dan orang gila . Yang ini adalah yang engkau lihat pada orang gila."

Al-Junayd berkata, “Guruku al-Sari Ra jatuh sakit. Kami tidak tahu obat untuk menyembuhkan penyakitnya dan juga tidak tahu sebab sakitnya. Dokter yang berpengalaman memberikan resep kepada kami. Oleh karena itu, kami menampung air seninya kedalam sebuah botol. Lalu, dokter itu melihat dan mengamatinya dengan seksama. Kemudian dia berkata, ‘Aku melihat air seni iniseperti air seni seorang pencinta (al-`asyiq).’ Aku seperti disambar petir dan jatuh pingsan. Botol itu pun jatuh dari tangan ku. Kemudian, aku kembali kepada al-Sari dan mengabarkan hal itu kepadanya. Dia tersenyum dan berkata, ‘Allah mematikan apa yang dia lihat.’ Aku bertanya, ‘Wahai guru, apakah mahabbah itu tampak jelas dalam air seni?’ Dia menjawab, ‘Benar’.”

Al-Fudhayl Ra berkata, “Apabila ditanyakan kepadamu, apakah engkau mencintai Allah? Diamlah. Sebab, jika engkau menjawab ‘tidak’, engkau menjadi kafir. Sebaliknya, jika engkau menjawab ‘ya’, berarti sifat mu bukan sifat para pencinta Allah. Maka waspadalah dalam mencintai dan membenci (sesuatu).”

Sufyan berkata, “Barang siapa mencintai orang yang mencintai Allah Swt, berarti dia mencintai Allah. Barang siapa memuliakan orang yang memuliakan Allah Swt, berarti dia memuliakan Allah Swt.

Sahl berkata, “Tanda cinta kepada Allah adalah cinta kepada al-Quran. Tanda cinta kepada allah dan al-Quran adalah cinta kepada Nabi Saw. Tanda cinta kepada Nabi Saw adalah cinta kepada sunnahnya. Tanda cinta kepada sunnahnya adalah cinta kepada akhirat. Tanda cinta kepada akhirat adalah benci dunia. Tanda benci dunia adalah tidak mengambilnya kecuali sebagai bekal dan perantara menuju akhirat.”

Abu al-Hasan al-Zanjani berkata, “pokok ibadah itu adalah tiga anggota badan, yaitu telinga, hati, dan lidah. Telinga untuk mengambil pelajaran, hati untuk bertafakkur, sedangkan lidah untuk berkata benar, bertasbih dan berdzikir. Sebagaimana Allah Swt berfirman, Berdzikirlah kepada Allah dengan dzikir yang sebanyak-banyaknya. Dan bertasbilah kepadanya-Nya diwaktu pagi dan petang (QS al-Ahzab [33]: 41-42).”

Abdullah dan Ahmad bin Harb bverada disuatu tempat. Lalu, Ahmad bin Harb memotong sehelai daun rumput. Kemudian ‘Abdullah berkata kepadanya, “engkau mengambil lima hal yang melalaikan kalbumu dari bertasbih kepada Maulamu. Engkau terbiasa sibuk dengan selain dzikir kepada Allah Swt. Engkau jadikan hal itu sebagai jalan yang diikuti orang lain, dan engkau mencagahnya dari bertasbih kepada Tuhannya. Engkau bebankan kepada diri mu hujjah (argumen) Allah Swt pada hari kiamat.” Demikian dikutif dari Raunaq al-Majalis.

Al-Sari Ra berkata, “aku bersama al-Jurjani melihat tepung. Lalu, al-Jurjani menelannya. Aku tanyakan hal itu kepadanya, ‘mengapa engkau tidak memakan makanan yang lain?’ Dia menjawab, ‘Aku hitung diantara mengunyah dan menelan itu ada tujuh puluh kali tasbih. Karena itu, aku tidak pernah lagi memakan roti sejak empat puluh tahun yang lalu.”

Sahl bin ‘Abdullah makan setiap lima belas hari sekali. Ketika memasuki bulan Ramadhon, dia tidak makan kecuali sekali saja. Sekali-sekali dia menahan lapar hingga tujuh puluh hari. Apabila makan, badannya menjadi lemah. Namun jika lapar, badannya menjadi kuat. Dia beriktikaf di Masjid al-Haram selama tiga puluh tahun tanpa terlihat makan dan minum. Dia tidak melewatkan sesaatpun dari berdzikir kepada Allah.

‘Umar bin ‘Ubayd tidak pernah keluar dari rumahnya kecuali karena tiga hal, yaitu shalat berjamaah, menjenguk orang sakit, dan melayat orang yang meninggal. Dia berkata, ‘aku melihat orang-orang mencuri dan merampok. Umur adalah mutiara indah yang tidak ternilai, maka hendaklah umur itu disimpan dalam lemari yang abadi diakhirat. Ketahuilah pencari akhirat harus melakukan kezuhudan dalam kehiduapan dunia agar cita-citanya hanya satu dan batinnya tidak terpisah dari lahirnya. Tidak mungkin menjaga keadaan itu kecuali dengan penguasaan lahir dan batin.”

Ibrahim bin al-Hakim berkata, “apabila hendak tidur, bapak ku sering menceburkan diri ke laut, lalu bertasbih. Ikan-ikan pun berkumpul dan ikut bertasbih bersamanya.

Wahab bin Munabbih berdoa kepada Allah agar dihilangkan rasa kantuk pada malam hari. Karena itu, dia tidak pernah tidur selama empat puluh tahun, Hasan al-Hallaj mengikat kakinya dari mata kaki hingga lutut dengan tiga belas ikatan. Dia menunaikan shalat dalam keadaan seperti itu sebanyak seribu rakaat dalam sehari semalam.

Al-Junayd pernah pergi ke pasar dan membuka tokonya. Dia masuk, menurunkan tirai, menunaikan shalat empat ratus rakaat, kemudian pulang selama empat puluh tahun. Hasbyi bin Dawud menunaikan shalat dhuha dengan wudhu untuk shalat `isya, maka hendaklah orang-orang Mukmin selalu dalam keadaan suci. Setiap kali berhadas, bersegeralah bersuci, shalat dua rakaat, dan berusaha menghadap kiblat dalam setiap duduknya. Hendaklah dia membayangkan bahwa dirinya sedang duduk dihadapan Nabi Saw menurut kadar kehadiran dan pengawasan batinnya. Dengan demikian dia, terbiasa tenang dalam segala perbuatan. Dia rela menanggung penderitaan, tidak melakukan sesuatu yang menyakiti (orang lain), dan memohon ampun dari setiap hal yang menyakitkan. Dia tidak membanggakan diri atas perbuatannya, karena bangga (`ujb) termasuk sifat-sifat setan. Pandanglah diri dengan mata kehinaan dan pandanglah orang-orang shaleh dengan mata kemuliaan dan keagungan. Barangsiapa yang tidak mengenal kemuliaan orang-orang shaleh, allah mengharamkannya bergaul dengan mereka. Dan barang siapa yang tidak mengenal mulanya ketaatan, dicabutlah manisnya ketaatan itu dari kalbunya.

Al-Fudhayl bin `Iyadh ditanya, “Wahai Abu `Ali, kapan seseorang bisa dijuliki orang shaleh?” Dia menjawab, “Apabila ada kesetiaan dalam niatnya, ada ketakutan dalam kalbunya, ada kebenaran pada lidahnya, dan ada amal shaleh pada anggota tubuhnya.”

Allah Swt berfirman ketika Nabi Saw melakukan mi`raj, “Wahai Ahmad, jika engkau ingin menjadi orang yang paling wara`, berlaku zuhudlah di dunia dan cintailah akhirat,” Nabi Saw bertanya, “Wahai Tuhan ku, bagaimana cara aku berlaku zuhud di dunia?” Allah menjawab, “Ambillah dari keduniaan itu sekedar memenuhi keperluan makan, minum, dan pakaian. Janganlah menyimpannya untuk hari esok dan biasakanlah berdzikir kepada-Ku.” Nabi Saw bertannya lagi, “Wahai Tuhan ku, bagaimana cara aku membiasakan berdzikir kepada Mu?” Allah menjawab, “Dengan mengasingkan diri dari manusia. Gantilah tidurmu dengan shalat dan (gantilah juga) makan mu dengan lapar.”

Nabi Saw bersabda, “Zuhud di dunia dapat menenangkan hati dan badan. Cinta kepadanya dapat memperbanyak emosi dan kesedihan. Cinta kepada keduniaan merupakan induk setiap kesalahan, dan zuhud dari dunia merupakan induk setiap kebaikan dan taat.

Seorang saleh melewati sekelompok orang. Tiba-tiba dia mendengar seorang dokter sedang menerangkan tentang penyakit dan obat-obatan. Dia bertanya, “Wahai penyembuh penyakit tubuh, dapatkah engkau mengobati penyakit hati?” Dokter itu menjawab, “Ya, sebutkan penyakitnya.” Orang saleh itu berkata, “Dosa telah menghitamkannya sehingga menjadi keras dan kering. Apakah engkau dapat mengobatinya?” Dokter menjawab, “Obatnya adalah ketundukan, permohonan yang sungguh-sungguh, istighfar di tengah malam dan siang hari, bersegeralah menuju ketaatan kepada Zat Yang Mahamulia dan Maha Pemberi ampunan, dan permohonan maaf kepada Raya Yang Mahakuasa. Inilah obat penyakit hati dan penyembuhnya dari Dzat Yang Maha Mengetahui segala yang gaib.”

Lalu orang saleh itu menjerit dan berlalu sambil menangis. Dia berkata, “Dokter yang baik, engkau telah mengobati penyakit hati ku.” Dokter itu berkata, “Ini adalah penyembuh penyakit hati orang yang bertobat dan mengembalikan kalbunya kepada Dzat Yang Mahabenar dan Maha Menerima tobat.”

Dikisahkan bahwa seseorang membeli seorang budak. Lalu budak itu berkata, “Wahai tuan ku, aku ingin mengajukan tiga syarat kepada anda:
Pertama, Anda tidak menghalangiku untuk menunaikan shalat wajib apabila tiba waktunya;
Kedua, Anda boleh memerintah ku sesuka anda pada siang hari, namun tidak menyuruhku pada malam hari;
ketiga, Anda memberikan kepada ku sebuah kamar di rumah anda yang tidak boleh dimasuki orang lain.”
Pembeli budak itu berkata, “Aku akan memenuhi syarat-syarat itu.”

Selanjutnya dia berkata, “Lihatlah kamar-kamar itu.” Budak itu berkeliling dan menemukan sebuah kamar yang sudah rusak, lalu berkata, “Aku mengambil kamar ini.” Pembeli budak bertanya, “Wahai budak, mengapa engkau memilih kamar yang rusak?” Budak itu menjawab, “Wahai tuan ku, tidakkah anda tahu bahwa yang rusak di sisi Allah merupakan taman?”

Budak itu melayani tuannya pada siang hari, dan malamnya dia beribadah kepada Tuhannya. Hingga pada suatu malam, tuannya berkeliling di sekitar rumahnya, lalu sampai dikamar budak itu. Tiba-tiba dia melihat kamar itu bercahaya, sementara budak itu sedang bersujud dan di atas kepalanya ada cahaya yang tergantung diantara langit dan bumi. Budak itu bermunajat dan merendahkan diri (kepada Allah). Dia berdoa, “Ya Allah, aku memenuhi hak tuan ku dan melayaninya pada siang hari. Kalau tak begitu aku tidak akan melewatkan siang dan malam ku selain untuk berkhidmat kepada Mu, maka ampini aku, wahai Tuhan ku.”

Tuan nya menyaksikan hal itu hingga tiba waktu subuh. Pelita itu menghilang dan atap kamar itu pun menutup kembali. Lalu, dia kembali dan memberitahukan hal itu kepada istrinya. Ketika malam kedua tiba, dia mengajak istrinya dan mendatangi pintu kamar itu. Tiba-tiba mereka menemukan budak itu sedang bersujud dan ada pelita diatas kepalanya. Mereka pun berdiri di depan pintu kamar sambil memandangi budak itu dan menangis hingga tiba waktu subuh. Lalu, mereka memanggil budak itu dan berkata, “Engkau aku merdekakan karena Allah Swt sehingga engkau dapat mengisi siang dan malam mu dengan beribadah kepada Dzat yang engkau mohonkan maaf Nya.” Kemudian, budak itu menadahkan tangannya ke langit dan berkata:

Wahai pemilik segala rahasia
Kini rahasia itu telah tampak
Hidup ini tak lagi kuinginkan
Setelah rahasia itu tersebar


Lalu dia berdoa, “Ya Allah, aku memohon kematian kepada Mu.” Budak itupun tersungkur dan kemudian wafat. Demikianlah keadaan orang-orang saleh, serta para pencinta dan pendamba.

Dalam Zahr al-Riyad disebutkan bahwa Musa As punya seorang sahabat yang sangat dekat. Pada suatu hari, sahabatnya berkata, “Wahai Musa, berdoalah kepada Allah agar aku dapat mengenal Nya dengan makrifat yang sebenar-benarnya.”

Musa As berdoa, dan doanya dikabulkan. Kemudian, karibnya pergi ke puncak gunung bersama binatang-binatang buas. Musa pun kehilangan dia. Maka Musa berdoa, “Wahai Tuhan ku, aku kehilangan saudara dan sahabat ku.” Tiba-tiba ada jawaban, “Wahai Musa, orang yang mengenal Ku dengan makrifat yang sebenar-benarnya tidak bergaul dengan makhluk untuk selama-lamanya.”

Dalam sebuah hadis disebutkan bahwa Yahya As dan Isa As sedang berjalan dipasar. Tiba-tiba seorang perempuan menabrak mereka. Yahya As berkata, “Demi Allah, aku tidak merasakannya.”

Lalu `Isa As bertanya, “Mahasuci Allah badanmu ada bersama ku, tetapi kalbumu ada dimana?” Yahya As menjawab, “Wahai anak bibi ku, kalau kalbu merasa tenteram kepada selain Allah sekejap mata pun, niscaya engkau mengira aku tidak mengenal Allah.”

Seorang ulama berkata, “Makrifat yang benar adalah menceraikan dunia dan akhirat, dan menyendiri untuk Maula (Allah Swt). Dia mabuk karena tegukan mahabbah. Karena itu, dia tidak sadar kecuali ketika melihat Allah. Dia berada di atas cahaya dan Tuhannya.” []


diambil dari terjemahan Buku Imam Al-Ghazali "Mukasyafah al-Qulub; al-Muqarrib ila hadhrah al-Ghuyub fi`Ilmi al-Tashawwuf," Dar al-Fikr

Mukasyafah al-Qulub "Bening Hati Dengan Ilmu Tasawuf" Imam Al-Ghazali
Penerbit, Marja Agustus 2003

Selasa, 02 November 2010

Perjalanan Haji

Jika memasuki bulan-bulan haji seperti sekarang ini, rasanya saya sangat rindu sekali dengan Mekkah dan Kabahnya....dimana kurang lebih 5 tahun saya tinggal di Jeddah, hampir setiap bulan saya mengumjungi bangunan suci Kabah untuk berumroh....
Saya ingat ketika pertama kali berhaji dengan keluarga ....waktu itu saya baru mempunyai dua anak ..... untuk saya pribadi ini haji yang ke-2 karena tahun sebelumnya sudah berhaji sendiri (tanpa keluarga).........

1. Di Gerbang Kota Mekkah
Inilah gerbang kota Mekkah dari arah Jeddah....kalu gak salah atau ga lupa merupakan batas Tanah Haram dan Tanah Halal....Gerbang ini berbentuk Al-Quran yang terbuka .....
Terlihat gerbang Kota Mekkah
2. Di Kota Mekkah
Kalau kita dapat tiba di Kota Mekkah pada tanggal 8 Dzulhijjah, maka kita laksanakan Thawwaf Qudum (Thawaf Selamat Datang) dilanjutkan dengan Sa'i haji (bagi haji Tamatu atau Ifrad).
Masjidil Haram tampak dari mobil kami.....
Selanjutnya kita disunahkan bermalam di Mina .......

3. Wukuf di Arafah
Selanjutnya besoknya tanggal 9 Dzulhijjah pagi sebelum dzuhur kita sudah harus sampai di Padang Arafah tempat berwukuf.....
Di Perkemahan Haji Indonesia Arafah

Dekat Jabal Rahmah
Setelah kita mendengarkan khutbah wukuf pada waktu sebelum shalat dzuhur maka selanjutnya kita shalat dzuhur dijama qashar dengan Ashar selanjutnya banyak berdoa.... sampai waktu maghrib tiba..... sunahnya shalat maghrib dijama takhir dengan shalat Isya di Muzdalifah...

4. Bermalam (Mabit) di Muzdalifah
Sunahnya kita bernalam di Muzdalifah sampai pagi tapi ada juga beberapa jamaah pergi meninggalkan Muzdalifah setelah lewat tengah malam......

5. Melontar Jumrah Aqabah
Pagi setelah shalat shubuh dan matahari terbit maka kita menuju Jumratul Aqabah untuk melontar dengan tujuh buah kerikil sebagai tanda tahalul awal....
Tiang Jumrah thn 2002, sekarang berbentuk tembok
6. Thawaf Haji di Masjidil Haram Makkah
Apabila kita telah sa'i pada waktu thawaf Qudum, maka kita tinggal melaksanakan Thawaf haji sebagai tanda Tahalul Tsani....

7. Mabit di Mina
Sebelum maghrib kita harus tiba kembali di Mina dan melaksanakan Mabit/bermalam.....Kita diwajibkan bermalam pada malam-malam tasyriq yakni malam ke-11 dan 12 bagi nafar awal (yang terburu-buru) serta malam ke 13 bagi nafar tsani. Setiap harinya kita wajib melempar ketiga jumrah (ula, wustha, aqabah) setelah tergelincirnya matahari.....
Mabit di Mina bersama teman dan keluarga....
Perkemahan di Mina

Terowongan Al Muashem menuju ke perkemahan haji Indonesia
8. Pulang kembali ke Jeddah
Setelah selesai melontar jumrah pada hari tasyriq ... kami pun pulang.....
Inilah rombongan Jemaah haji tahun 2002 dari SIJ....
Rombongan Haji SIJ 2002